Yogyakarta, koranpelita.net
Dalam rangka memperkuat pembangunan kebudayaan di Kalimantan Selatan, Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengkaji daerah yang telah mapan terhadap kebudayaan seperti Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Jumat (10/10/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda peningkatan kapasitas kelembagaan dan penguatan fungsi pengawasan DPRD terhadap sektor kebudayaan, sekaligus upaya menggali strategi dan inspirasi dalam mengelola serta mengembangkan potensi budaya di daerah.
Kunjungan dipimpin Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, Gusti Iskandar Sukma Alamsyah, bersama sejumlah anggota Komisi IV dan perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel.
Rombongan diterima oleh Kepala Bidang (Kabid) Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY, Drs Budi Husada beserta jajarannya.
Dalam sambutannya, Gusti Iskandar Sukma Alamsyah menyampaikan bahwa Yogyakarta dipilih sebagai lokasi kunjungan karena dikenal sebagai salah satu daerah dengan sistem pengelolaan kebudayaan yang sudah sangat baik dan terstruktur.
Dinas Kebudayaan DIY merupakan lembaga yang telah berdiri sejak tahun 1997 dan berhasil mengintegrasikan berbagai unsur pelestarian, pengembangan, dan pemberdayaan budaya secara berkelanjutan.
“Kami ingin belajar dari pengalaman dan keberhasilan Dinas Kebudayaan Yogyakarta dalam mengelola dan melestarikan kebudayaan. Selama ini, kami melihat Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang mampu memadukan nilai-nilai tradisi dan kemajuan zaman dengan baik. Hal ini tentu menjadi referensi penting bagi kami di Kalimantan Selatan dalam merancang strategi kebudayaan ke depan,” ujar Gusti Iskandar.
Kunjungan ini bukan sekadar seremonial, melainkan bagian dari upaya DPRD untuk melakukan komparasi dan kajian substantif terhadap model pengelolaan kebudayaan yang berhasil diterapkan di daerah lain.
Kebudayaan lanjut dia, merupakan fondasi penting dalam pembangunan karakter daerah dan identitas masyarakat, sehingga memerlukan perhatian yang serius dari seluruh pemangku kepentingan.
Kalimantan Selatan menurutnya, memiliki warisan budaya yang sangat kaya, mulai dari kesenian tradisional, kerajinan rakyat, bahasa, hingga adat istiadat. Namun jika tidak ada langkah nyata untuk melestarikan, meneliti, dan mempromosikannya, maka kebudayaan itu bisa perlahan hilang.
“Karena itu kami menilai sudah saatnya Kalimantan Selatan memiliki dinas kebudayaan yang berdiri sendiri agar arah pembangunan kebudayaan lebih terarah dan berkelanjutan,”terangnya.
Dalam pertemuan, Kabid Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY, Drs Budi Husada, menyampaikan terima kasih atas kepercayaan DPRD Kalsel yang menjadikan Yogyakarta sebagai rujukan dalam pengembangan kebudayaan.
Yogyakarta selalu terbuka untuk bekerja sama dan berbagi pengalaman dengan daerah lain.
Ia pun memaparkan berbagai program unggulan yang dijalankan, mulai dari pemeliharaan situs sejarah dan cagar budaya, pengembangan seni pertunjukan, pendidikan budaya di sekolah, hingga pemberdayaan komunitas seni dan pelaku budaya.
Menurutnya, pemerintah DIY juga mendorong partisipasi masyarakat melalui dukungan terhadap kelompok kesenian lokal, penyelenggaraan festival budaya, serta integrasi nilai-nilai budaya dalam sektor pariwisata.
“Yogyakarta selalu terbuka untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Kami percaya bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga sumber inspirasi bagi pembangunan masa depan. Semoga kunjungan ini menjadi langkah awal untuk mempererat kerja sama antar daerah dalam bidang kebudayaan,” sebutnya.
Lebih lanjut, Budi Husada menjelaskan bahwa keberhasilan pengelolaan kebudayaan di Yogyakarta tidak lepas dari sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan komunitas budaya.
Pemerintah daerah berperan sebagai fasilitator dan pelindung nilai-nilai budaya, sementara masyarakat didorong untuk menjadi pelaku utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan lokal.
Pada kesempatan itu, rombongan Komisi IV DPRD Kalsel juga berdiskusi terkait tantangan yang dihadapi dalam pelestarian budaya di era modern, terutama terkait pergeseran nilai akibat perkembangan teknologi dan globalisasi.(hms/pik)
www.koranpelita.net Lugas dan Faktual